Sabtu, 16 Oktober 2010

My BFF's Story (Title : PERANG DI BULAN PUASA)

Hey, this is my BFF. His name is Saga. He will tell you about his story when we're fasting month. Last month.

            Assalamu’alaikum...”
            “Wa’alaikumsallam... Eh, Fauzan! Tumben pakai jilbab!”
            “Ini bukan jilbab—ini peci, kawan!”
            “Haha. Iya, aku tahu kok. Aku kan cuma bercanda?! Silahkan masuk, Fauzan!”
            Fauzan melepas sepatu Macbeth-nya dan bergegas masuk ke dalam rumahku. Fauzan tampak berbeda dari biasanya. Ia menggunakan busana muslim dan peci. Dan, didalam tas ranselnya terdapat sebuah kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW, yaitu Al- Qur’an. Tidak hanya Fauzan yang tampak berbeda hari ini, kami berempat juga begitu. Oh ya, sebenarnya, seluruh personil band 26 Floors sepakat untuk belajar Baca Tulis Al-Qur’an di rumahku selama bulan puasa ini, loh. Maaf baru bilang sekarang ya. Hehe.
            So, bulan ini kan bulan puasa?! Kami berlima sepakat untuk belajar hal tersebut setiap hari Senin, Rabu, dan Kamis pukul setengah 3 sore—tepatnya di rumahku. Kami memanggil seorang guru ahli Baca Tulis Al- Qur’an untuk mengajarkan kami. Well, daripada menganggur di rumah dan merasakan haus dan lapar melulu, mendingan cari pahala?! Iya tidak?
            Beberapa jam kemudian, waktu telah menunjukkan pukul setengah 5 sore. Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an telah berakhir. Setelah guru ahli Baca Tulis Al-Qur’an, Ustadz Andhi Syafi’i, berpamitan pulang dan beranjak pergi, kami berlima ngabuburit bareng dengan cara berjalan-jalan mengitari kompleks rumahku. Nama kompleks rumahku adalah Kompleks Perumahan Mojosari Jakarta.
            Ketika di pertigaan jalan, kami bertemu dengan seorang laki-laki yang ternyata adalah tetanggaku. Namanya Kevin. Ia adalah tetangga sebayaku. Kebetulan sekali, ia juga ngabuburit bareng teman-temannya dengan cara yang sama sepertiku dan personil band 26 Floors lainnya. Kami semua langsung berkenalan antara satu dengan yang lainnya. Sambil berkenalan, kami semua asyik mengobrol di sebuah taman yang letaknya masih berada di Kompleks Perumahan Mojosari Jakarta.
            1 jam kemudian—tepatnya pada pukul setengah 6 sore. Aku, Fauzan, Renald, Harry, dan Reza segera berpamitan pada Kevin cs. dan bergegas kembali ke rumahku untuk berbuka puasa bersama. Sambil berjalan untuk kembali ke rumahku, kami berlima merasa bersyukur karena mempunyai teman baru di bulan puasa ini.
            “Hari ini adalah hari yang sangat menyenangkan!” ujarku girang sambil mengangkat kedua tanganku dan tersenyum lebar saking senangnya.
            “Puasa-puasa gini, sempet aja kamu merasa senang. Huffft.” Kesal Harry sambil memegang perutnya. Ternyata, ia merasa sangat lapar sekarang.
            Reza yang melihat kelakuan Harry itu langsung menggelengkan kepalanya.
            “Saga,” panggil Renald. “Rupanya, si Kevin cs. itu membentuk sebuah band, loh. Kalau tidak salah, nama bandnya adalah Mrs. X.”
            “Kenapa nama bandnya bukan Mrs.V aja? Lagipula, personil bandnya Kevin cs. ada 1 cewek tuh! Seksi lagi!”
            “Hush! Fauzan! Puasa-puasa gini, sempet aja kamu berpikiran jorok! Boleh itu!”
            “Loh?! Kok boleh, Harry?”
            “Eh! Maaf! Salah ngomong! Yang bener adalah tidak boleh. Maaf kalau aku salah ngomong tadi. Soalnya, aku laper banget nih! Sumpah!”
            “Aku juga laper, kurus! Namanya aja puasa!”
            Harry langsung memegang kepalanya. Mukanya berubah kesal karena Renald mendorong kepalanya tadi.
            “Sabar aja deh. Bentar lagi sampai ke tempat tujuan kok.”
            “BTW, temannya Kevin yang cewek tadi itu namanya Lanny ya?”
            “Oy! Fauzan!” kata Reza sambil mendorong kepala Fauzan hingga mengenai kepalaku. DUH! “Melanie mau kamu taruh di mana?”
            “Di hatiku!”
            “Udah loe jangan banyak gombal sama dia dah!” kesalku sambil mengelus kepalaku yang tadi mengenai kepala Fauzan karena ulah Reza.
            Renald langsung mengeluarkan kunci pagar rumahku dan segera membuka gemboknya. Saat pagar rumahku mulai terbuka sedikit, Harry langsung mendorongnya lebar-lebar dan bergegas masuk ke dalam rumahku. Dasar Harry yang tidak punya sopan santun!
            “Assalamu’alaikum...”
            “Wa’alaikumsallam... Hi, 26 Floors! Cepatlah! Sebentar lagi buka puasa, loh!
            That’s my little sister’s voices! Her name is Sandra. Ada Saga, ada Sandra. LOL.
            Di ruang makan, ada Harry yang duduk manis di kursi ruang makan. Fauzan dan Reza langsung mengikuti. Sedangkan aku dan Renald langsung membantu Sandra dan ibuku yang sedang menyiapkan hidangan untuk buka puasa sebentar lagi. Setelah itu, kami berempat langsung duduk di kursi ruang makan. Adzan Maghrib mulai berkumandang. Inilah tiba waktunya untuk berbuka puasa. Selamat berbuka puasa, all! J
            Pukul 11 malam, Fauzan, Renald, Harry, dan Reza telah berpamitan untuk pulang ke rumah. Besok adalah hari pertama masuk sekolah di bulan puasa. Oleh karena itu, kami berlima membatalkan rencana untuk menginap di rumahku selama satu minggu. Meski satu jam per mata pelajaran yang biasanya 45 menit—namun selama bulan puasa berubah menjadi 35 menit, tetap saja aku merasa malas untuk masuk sekolah. Krr. Oh ya, besok adalah hari pertama Fauzan kembali menjadi murid SMA Wahidin Chandrawira 26 Jakarta juga, loh. Kemungkinan besar aku akan bersemangat masuk sekolah besok hanya karena menyambut kembalinya Fauzan. Yang lainnya..... NO WAY!
            Keesokan harinya, di SMA Wahidin Chandrawira 26 Jakarta. Aku berlari menuju ke ruang kelasku hingga terpeleset dan menabrak seorang laki-laki. Kami berdua terjatuh dan segera bangkit tanpa ada bantuan. Seperti apa yang kuharapkan, ternyata aku menabrak...
            “FAUZAN!”
            “SAGA!”
            “FAUZAN!”
            “SAGA!”
            “FAUZAN!”
            “SAGA!”
            “FAU—“
            “Hei, kalian! Kalau kalian punya perasaan yang sama, langsung nyatakan, dong! Daripada melakukan hal ‘ manggil-memanggil ’kayak gini. Berisik, tahu!”
            Aku dan Fauzan tertawa mendengar protes dari Harry tadi. Harry pun juga ikut tertawa.
            “Kau hebat, Saga.” puji Harry sambil mengelus kepalaku. “Kau tiba di sekolah tepat pada wak—“
            Bel tanda masuk sekolah mulai berbunyi. Wah, rupanya aku tiba di sekolah ±2 menit sebelum bel tanda masuk sekolah berbunyi. Guru agama Islamku, Pak Imam, datang lebih cepat dari biasanya.
            Setelah membaca do’a secara bersama-sama untuk memulai program belajar-mengajar, Pak Imam langsung tersenyum ketika melihat Fauzan. Maksudnya apa nih?
            Tiba-tiba, Bu Risma masuk ke kelas kami tanpa permisi terlebih dahulu. Tampak seorang perempuan berseragam SMA dan bertopi AFENDS berjalan mengikuti Bu Risma di belakang. Wah! Ada murid baru nih!
            “Anak-anak,” panggil Pak Imam pada kami. “Berhentilah membaca buku sejenak karena kelas kalian kedatangan murid baru hari ini.”
            “Anak baru,” panggil Pak Imam pada perempuan bertopi AFENDS itu. “Silahkan memperkenalkan diri terlebih dahulu, anak baru!”
            Aku mengabaikan hal tersebut. Aku sedang asyik dengan diriku sendiri sekarang, yaitu menggambar sesuatu di halaman belakang buku tulis agamaku. Tapi, aku sempat melihat sekilas ekspresi terkejut di raut wajah Fauzan, Renald, Harry, dan Reza. What’s wrong?
            Tak berapa lama, aku merasakan ada seseorang datang menghampiriku. Dia memutuskan untuk duduk di bangku kosong tepat di sampingku. Anehnya, ia memberikan topi AFENDS padaku! Huh?

Read more, click here :)


Followers

Rida NabiLah. Diberdayakan oleh Blogger.
 
Tiny Star